Kaitan pengemis ke dalam kegiatan perekonomian
Jakarta - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) As'ad Said Ali menilai kesenjangan ekonomi yang menyebabkan pengemis membanjiri kota besar, terutama saat perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri.
Jakarta - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) As'ad Said Ali menilai kesenjangan ekonomi yang menyebabkan pengemis membanjiri kota besar, terutama saat perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri.
"Situasi ini
penyebabnya adalah kesenjangan ekonomi dan pembangunan yang tidak merata antara
daerah dan kota," kata As'ad saat dihubungi, Selasa (14/7).
Lebih lanjut As'ad
menjelaskan seseorang yang menjadikan meminta-minta sebagai pekerjaannya adalah
sesuatu yang dilarang oleh agama Islam.
"Orang yang memberi
itu lebih baik daripada orang yang menerima, sedangkan orang yang menjadikan
meminta-minta itu pekerjaannya sama saja menurunkan derajatnya sendiri."
Menurut As'ad, permasalahan
pengemis ini adalah masalah yang harus jadi perhatian bersama masyarakat dan
pemerintah. Dia pribadi memandang program pembangunan yang dimulai dari kawasan
pinggiran dan dari desa oleh pemerintah sudah tepat dan harus didukung.
"Saya
pribadi sangat mendukung program itu, ini juga kan salah satu usaha pemerintah
untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat,"
ujarnya.
Sementara itu, pengamat
sosial dari Universitas Indonesia Yophie Septiadi mengatakan pengemis yang
kerap kali membanjiri kota besar di Indonesia setiap hari besar keagamaan,
dikarenakan adanya peluang dan momen yang bisa dimanfaatkan.
"Penyebab utamanya
karena ada peluang dan momen yang bisa dimanfaatkan dengan pemikiran bahwa
memberi di bulan Ramadhan akan mendapatkan berkah pahala yang berlipat, ini
yang jadi dimanfaatkan karena berkembang jadi tradisi," kata Yophie.
Lebih lanjut Yophie
memandang, lebih baik masyarakat lebih selektif jika ingin memberi bantuan pada
saudaranya yang kurang mampu dengan melihat siapa yang akan diberikan.
"Ini memang agak sulit
karena harus benar-benar selektif dalam memilih, jalan keluarnya adalah dengan
memberikan sendiri pada orang yang kita tahu benar-benar membutuhkan atau
dipercayakan pada lembaga zakat atau masjid untuk menyalurkan sedekah kita,
dengan begitu peristiwa musiman membanjirnya pengemis di kota besar tidak akan
terulang," ujar dia.
Pengemis yang dikategorikan
masuk dalam kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini memang
sering meningkat jumlahnya di kota besar ketika memasuki perayaan hari besar
keagamaan seperti Idul Adha.
Dari pantauan Antara di
beberapa daerah seperti Bandung, Bogor, Semarang, Jakarta, Banda Aceh bahkan
Magelang juga mengalami peningkatan jumlah pengemis musiman dari 10 hingga 40
persen seperti data yang dihimpun dari dinas sosial setempat.
Gepeng merupakan Orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak
mempunyai pekerjaan. Gepeng juga bisa di sebut orang miskin atau
orang yang tidak mampu.
Banyak pemahaman tentang kemiskinan yang di kemukakan para ahli, salah satu
pemahaman yang dimaksud dikemukakan Bank dunia (1990) dan Chambers (1987)
(dalam Mikkelsen,2003:193) yang memandang kemiskinan sebagai :
“Suatu kemelaratan dan ketidakmampuan masyarakat yang diukur dalam satu
standar hidup tertentu yang mengacu kepada konsep miskin relatif yang melakukan
analisis perbandingan di negara-negara kaya maupun miskin. Sedangkan konsep
absolut dari kemiskinan adanya wabah kelaparan, ketidakmampuan untuk
membesarkan atau mendidik anak-anak lain”
Usman (2003 : 33) mengatakan bahwa
“kemiskinan adalah kondisi kehilangan (deprivation) terhadap
sumber-sumber pemenuh kebutuhan dasar yang berupa pangan, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan serta hidupnya serba kekurangan.”
Sedangkan pemahaman tentang masalah kemiskinan, menurut Sumodiningrat (1999
: 45) :
“Masalah kemiskinan pada dasarnya bukan saja berurusan dengan persoalan
ekonomi semata, tetapi bersifat multidimensional yang dalam kenyataannya juga
berurusan dengan persoalan-persoalan non-ekonomi (sosial, budaya, dan politik).
Karena sifat multidimensionalnya tersebut, maka kemiskinan tidak hanya
berurusan dengan kesejahteraan materi (material well-being), tetapi berurusan
dengan kesejahteraan sosial (social well-being).”
Dari
pandangan di atas diperoleh suatu konsep pemahaman bahwa kemiskinan pada
hakekatnya merupakan kebutuhan manusia yang tidak terbatas hanya pada
persoalan-persoalan ekonomi saja. Karena itu, program pemberdayaan masyarakat
miskin sebaiknya tidak terfokus pada dimensi pendekatan ekonomi saja, tetapi
juga memperhatikan dimensi pendekatan lain, yaitu pendekatan peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan sumber daya sosial. Menurut Supriatna
(1997:90) :
“Kemiskinan
merupakan kondisi yang serba terbatas dan terjadi bukan atas kehendak orang
yang bersangkutan. Penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya
tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta
kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan.”
Menurut
Kartasasmita (1996:240-241), kondisi kemiskinan dapat disebabkan
sekurang-kurangnya empat penyebab :
“Pertama,
rendahnya taraf pendidikan. Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan
kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja
yang dapat dimasuki. Dalam bersaing untuk mendapatkan
lapangan kerja yang ada, taraf pendidikan menentukan. Taraf pendidikan yang
rendah juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
Kedua, rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa.
Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan itu.
Keempat, Kondisi keterisolasian. Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.”
Kedua, rendahnya derajat kesehatan. Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa.
Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan itu.
Keempat, Kondisi keterisolasian. Banyak penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.”
Keempat
penyebab tersebut menunjukkan adanya lingkaran kemiskinan. Rumah tangga miskin
pada umumnya berpendidikan rendah dan terpusat di daerah pedesaan. Karena
pendidikan rendah, maka produktivitasnya pun rendah sehingga imbalan yang diterima
tidak cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, antara lain
kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan, yang
diperlukan untuk dapat hidup dan bekerja.
Gelandangan
dan Pengemis (GEPENG) adalah
orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum
dan mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai
cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Di
lingkuangan aksara lebih tepatnya di lampu merah dekat Ramayana terdapat
sekitar 14 orang Gepeng yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh mereka sangat meresahkan masyarakat. Mulai dari tingkat kriminalitas yang tinggi, menyebabkan kemacetan di sekitar jalan raya dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh mereka sangat meresahkan masyarakat. Mulai dari tingkat kriminalitas yang tinggi, menyebabkan kemacetan di sekitar jalan raya dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan.
Aksara
menjadi tempat mereka melakukan kegiatannya karena merupakan tempat yang ramai
dan memungkinkan untuk mendapat uang yang banyak melalui meminta-minta,
mengamen dan lain-lain.
B. Faktor Penyebab
faktor-faktor
yang menjadi penyebabnya adanya pengemis di kota Medan khusunya Aksara sebagai
berikut :
1. Urbanisasi
Dari 14
orang gelandangan yang berada di sekitar Aksara 10 orang diantaranya bukan
merupakan penduduk asli kota medan. Mereka merupakan orang-orang yang berasal
dari luar daerah (kota medan) misalnya dari daerah Jawa, Riau dan lainnya.
Kebanyakan dari mereka melakukan urabanisasi ke Medan untuk mencoba
meningkatkan taraf hidup yang masih kurang di kampung. Ini sesuai dengan data
dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja bahwa 90% gepeng di kota Medan berasal dari
luar daerah
2.
Rendahnya keterampilan
Rendahnya
keterampilan merupakan faktor intrinsik yang sangat berpengaruh . Orang-orang
yang datang ke kota Medan untuk merantau tanpa sebuah keahlian menjadikan
peluang hidup seseorang tersebut sangat minim. Mereka datang ke Medan tanpa
sebuah persiapan yang matang, mereka hanya bermodalkan semangat serta
iming-iming mendapat pekerjaan yang lebih baik di Medan. Terbukti dari hasil survey yang kami lakukan di
Aksara, gepeng yang berada di daerah itu tidak mempunyai skill atau ketrampilan
tertentu yang dapat menunjang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
3.
Pendidikan Rendah
Sekitar 95 %
gepeng di aksara sangat
minim dunia pendidikan. Kebanyakan dari mereka hanya tamatan SD bahkan ada yang
belum sekolah. Ini membuat sulit bersaing untuk hidup di daerang yang biaya
hidupnya lumayan mahal seperti kota Medan ini.
4.
Mempunyai kelemahan fisik atau penyakit.
Terdapat sekitar
3 orang di antara gepeng-gepeng di aksara yang menderita cacat fisik dan
penyakit semacamnya. Sehingga mereka terbatas untuk melakukan pekerjaan.
Faktanya, yang normal saja susah untuk bekerja, apalagi yang cacat. Terlebih
mereka tidak mempunyai keluarga yang dapat mengurusi mereka dan memberi mereka
kehidupan yang layak.
5.
Lingkungan
Saat ini, ada
beberapa orang anak yang menjadi gepeng dikarenakan terlahir dilingkungan
gepeng. Artinya, Anak-anak yang terlahir dari orang tua yang sebagai gepeng,
secara tidak langsung telah menambah jumlah gepeng dengan proses kelahiran. Ini
menjadi faktor yang juga sangat memprihatinkan. Nantinya anak-anak tersebut
akan kesulitan juga untuk mendapat pendidikan dan kehidupan yang layak.
Dari sekian
faktor yang ada, ada 5 faktor yang menjadi penyebab adanya gelandangan di
Aksara yaitu Urbanisasi, Keterampilan, Pendidikan, Kelemahan Fisik dan
Lingkungan. Hal itu menjadi dasar yang membuat orang-orang tersebut terpaksa
menjadi Gepeng.
C. Dampak
1. Masalah lingkungan (tata ruang).
mengangu ketertiban umum, ketenangan masyrakat
dan kebersihan serta keindahan kota.
2. Masalah kependudukan
tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat
di kelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar dari mereka hidup bersama
sebagai suami istri tampa ikatan perkawinan yang sah.
3. Masalah keamanan dan ketertiban
menimbulkan kerawanan social, mengganggu keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.
4. Masalah kriminalitas
kriminalitas yang di
lakukan oleh para gelandangan dan pengemis di tempat keramaian mulai dari
pencurian, kekerasan hingga pelecehan seksual sangatkerap terjadi.
D. Upaya Penanggulangan
Berdasarkan data
dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Sebelumnya pernah dilakukan penertiban
kepada para Gepeng di Kota Medan termasuk lingkungan Aksara. Seperti Penertiban
yang pernah dilakukan pada Tahun 2013, Dari hasil razia dan penertiban, anjal
dan pengemis selama tahun 2013 sebanyak 151 orang dan langsung dibawa ke panti
asuhan Pungi di Binjai karena Kota Medan belum memiliki panti asuhan untuk
membina mereka yang kena jaring saat razia.
Selama di panti
asuhan mereka mendapat pembinaan bahkan diajari berkarya agar bisa mandiri.
Selain itu, terdapat anak-anak dibawah umur (18 tahun), mereka di beri beasiswa
agar dapat meneruskan sekolah dan tidak kembali ke jalan. Namun kenyataannya setelah keluar,
mereka kembali lagi ke jalanan. Pasalnya tidak ada tempat menetap.
Hal ini membuat pemerintah kewalahan untuk mengurangi gepeng di kota medan yang diperkirakan berjumlah sekitar 500 orang. Namun dalam hal ini, pemerintah terus berusaha melakukan razia untuk menekan angka tersebut walaupun untuk memberantasnya masih sulit.
Hal ini membuat pemerintah kewalahan untuk mengurangi gepeng di kota medan yang diperkirakan berjumlah sekitar 500 orang. Namun dalam hal ini, pemerintah terus berusaha melakukan razia untuk menekan angka tersebut walaupun untuk memberantasnya masih sulit.
Kesimpulannya, Gepeng adalah orang-orang
yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan mereka
meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Salah satu area yang rawan gepeng adalah Lampu
merah dekat Ramayana Aksara. Tempat itu mereka melakukan kegiatannya karena
merupakan tempat yang ramai dan memungkinkan untuk mendapat uang yang banyak
melalui meminta-minta, mengamen dan lain-lain. Dari sekian faktor yang ada, ada
5 faktor yang menjadi penyebab adanya gelandangan di Aksara yaitu Urbanisasi,
Keterampilan, Pendidikan, Kelemahan Fisik dan Lingkungan. Hal itu menjadi dasar
yang membuat orang-orang tersebut terpaksa menjadi Gepeng. Dampak yang
ditimbulkan oleh mereka sangat meresahkan masyarakat, mulai dari masalah
lingkungan, kependudukan, keamanan dan ketertiban serta kriminalitas.
Berdasarkan data
dari Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja, Sebelumnya pernah dilakukan penertiban kepada para Gepeng di Kota
Medan termasuk lingkungan Aksara. Namun kenyataannya setelah keluar, mereka
kembali lagi ke jalanan. Pasalnya tidak ada tempat menetap ditambah tidak
adanya panti asuhan unutk menampung mereka untuk dineri pengarahan dan
ketrampilan di kota Medan sehingga membuat pemerintah kesulitan untuk menuntas
Gepeng di kota Medan.
Sebaiknya
pemerintah agar memperhatikan gelandangan dan pengemis dengan memberikan
bimbingan bukan dengan penangkapan secara keras, karena bagaimana pun juga
mereka adalah anak bangsa yang mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak
serta pendidikan dan perhatian, karena kami yakin jika mereka di berikan
kesempatan untuk mendapat pendidikan dan perekonomian yang baik tentunya kelak
mereka dapat mengaharumkan nama Negara dan bangsa dan juga dapat mengurangi
permasalahan sosial yangt erjadi di Indonesia saat ini. Kami juga menghimbau
kepada keluarga agar dapat memberikan pola asuh yang baik,sehingga tidak
mendorong anak-anak penerus bangsa terjerumus didalam kehidupan sosial yang
menyimpang. Upaya penanggulangan akan lebih baik lagi jika
pemerintah menyediakan panti sosial yang mempunyai program dalam bidang
pelayanan rehabilitasi dan pemberian bimbingan keterampilan (workshop) bagi
gelandangan dan pengemis sehingga mereka dapat mandiri dan tidak kembali
menggelandang dan mengemis, dll.
Sumber :
http://citraaguszebua.blogspot.co.id/2014/12/makalah-mengenai-gelandangan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar