Senin, 08 Juni 2015

SANKSI FIFA TERHADAP PEMAIN DAN PENONTON SEPAK BOLA


Mengenai sepakbola Indonesia, FIFA telah mengambil sikap. Badan tertinggi sepakbola dunia tersebut telah menjatuhkan hukuman terhadap PSSI. Hukuman ini berlaku segera dan akan berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.

Selama masa hukuman, Indonesia kehilangan banyak hak sepakbolanya, termasuk ikut serta dalam kejuaraan. Ada pengecualian, memang, yang membuat Tim Nasional Indonesia tetap dapat ambil bagian di SEA Games. Namun bukan itu poin utamanya. Lama atau tidaknya hukuman FIFA tergantung PSSI sendiri.
Sebagaimana hukuman yang berlaku segera, pencabutan hukuman pun dapat dilakukan dengan segera. Selama, tentu saja, PSSI mampu memenuhi empat ketentuan pencabutan hukuman yang ditentukan FIFA. Ketentuan pertama dari empat ketentuan tersebut adalah: Komite Eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI secara mandiri dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga, termasuk kementerian (atau badan kementerian).

Ketentuan kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap tim nasional Indonesia kepada PSSI: Tanggung jawab mengenai tim nasional Indonesa kembali menjadi kewenangan PSSI. Seperti ketentuan kedua, ketentuan ketiga dan keempat juga berisi pengembalian kewenangan kepada PSSI (“tanggung jawab mengenai semua kejuaraan PSSI kembali menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua kesebelasan yang berlisensi PSSI di bawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI dapat berkompetisi di kejuaraan PSSI”).

Selama masa hukuman, PSSI kehilangan hak-hak keanggotaan mereka di FIFA. Selain itu, semua kesebelasan Indonesia (tim nasional atau klub) tidak dapat terlibat dalam kontak olah raga internasional. Hak-hak yang hilang dan larangan yang berlaku termasuk hak untuk ikut serta dalam kejuaraan FIFA dan AFC (Asian Football Confederation, Federasi Sepakbola Asia).

Hukuman yang dijatuhkan FIFA tidak hanya membatasi hak-hak kesebelasan. Anggota dan pengurus PSSI juga tidak dapat terlibat, termasuk sebagai peserta, dalam setiap program pengembangan bakat, kursus, atau pelatihan yang diselenggarakan FIFA maupun AFC.

Secara khusus, dalam surat keputusannya, FIFA menyoroti keikutsertaan tim nasional Indonesia di South East Asean Games 2015 (SEA Games 2015) di Singapura. Mengingat hal ini termasuk kontak olahraga internasional, tim nasional Indonesia seharusnya tidak dapat ikut serta di cabang olahraga sepakbola SEA Games 2015. Namun FIFA memberi pengecualian. Tim nasional Indonesia dapat ikut serta di SEA Games 2015.

“Secara khusus dan tidak berhubungan dengan hukuman, Komite Eksekutif FIFA telah memutuskan bahwa tim nasional Indonesia dapat meneruskan keikutsertaan mereka di SEA Games hingga keikutsertaan mereka berakhir,” bunyi pernyataan FIFA di surat resmi yang mereka keluarkan mengenai penjatuhan hukuman terhadap PSSI.

Sebagai catatan, pertandingan-pertandingan di cabang olahraga sepakbola SEA Games tidak termasuk dalam agenda FIFA sehingga hasil pertandingan-pertandingannya tidak akan memengaruhi peringkat Indonesia di ranking FIFA dan, karenanya, tidak menjadi kewenangan FIFA juga melarang Indonesia ikut serta di SEA Games.

Begitu juga kompetisi sepakbola nasional yang masih dapat bergulir tanpa pengaruh sanksi tersebut. Sementara itu secara terpisah presiden Joko Widodo mengatakan mendukung langkah Menpora soal keputusannya terhadap PSSI.

“Melihat permasalahannya harus lebih lebar. Kita ini hanya ingin ikut di ajang internasional atau berprestasi di ajang internasional?” sebut Jokowi dikutip dari CNN Indonesia.
“Jika hanya ingin ikut ajang internasional namun selalu kalah, lalu kebanggaan kita ada dimana, itu yang saya ingin tanyakan,” tambahnya.
“Kita selalu ikut ajang internasional namun selalu kalah. Yang kita lakukan adalah pembenahan total, pembenahan total daripada kita punya prestasi seperti ini terus sepanjang masa.

Komite Eksekutif Federasi Sepak Bola Internasional, Federation Internationale de Football Association (FIFA) akhirnya menjatuhkan sanksi untuk federasi sepakbola Indonesia, PSSI. Dalam surat yang ditandatangani Sekjen FIFA, Jerome Valcke, yang ditujukan kepada Sekjen PSSI Azwan Karim disebutkan, ada pelanggaran statuta FIFA berupa intervensi dari pemerintah Indonesia yang melakukan pembekuan kepada PSSI. Sanksi dari FIFA ini ditanggapi beragam.
Pengamat sepak bola Hardimen Koto kepada VOA Minggu (31/5) menyebutkan sanksi FIFA adalah sebuah pukulan untuk dunia sepak bola Indonesia.

"Sanksi FIFA adalah pukulan yang jelas menyakitkan buat sepak bola kita. Kita tau dengan sanksi ini, status keanggotaan Indonesia yang selama 63 tahun menjadi members dari FIFA itu tercerabut," ujarnya.

Herdimen menjelaskan, akibat sanksi dari FIFA ini, semua tim Indonesia, baik itu tim nasional di semua level usia termasuk klub-klub tidak boleh berinteraksi dengan pergaulan internasional, seperti piala ASIA dan kualifikasi Piala Dunia. Termasuk pula dihapuskannya semua program pengembangan dari FIFA seperti kursus pelatih dan wasit. Dan juga lanjut Herdimen, semua donasi dari FIFA yang bentuknya untuk program pengembangan, dihentikan.
Namun demikian pendapat berbeda disampaikan oleh pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo. Kepada VOA Kesit memastikan sanksi yang dijatuhkan FIFA bukan akhir dari nasib dunia sepak bola Indonesia.

Kesit mengatakan, "Apa yang diberikan FIFA kepada PSSI, sejatinya sih dijadikan titik balik, dijadikan momentum, jadi inspirasi buat Indonesia untuk membenahi kondisi sepak bola Indonesia yang selama ini masih morat marit. Jadi saya pikir jangan kemudian sanksi ini menjadikan sepak bola Indonesia itu kiamat. Dunia belum kiamat. Kita masih punya banyak kesempatan untuk membenahi ini."
Kesit berharap, Pemerintah segera melakukan langkah cepat pembenahan dalam tubuh PSSI. Baik terkait soal audit investigatif dugaan ada mafia anggaran maupun juga soal dibukanya kembali jadwal pertandingan kompetisi sepak bola di Indonesia.

“Sekarang memang bola ada di tangan pemerintah. Pemerintah harus menunjukan keseriusannya. Bahwa mereka bisa menjalankan niatnya. Tanpa kemudian membuat persoalan baru. Pembekuan yang dilakukan oleh pemerintah (terhdap PSSI), tidak serta merta mematikan kegiatan sepak bola itu sendiri. Walaupun tidak berada di jalur FIFA, tetapi saya pikir pemerintah punya tuga segera menggulirkan pertandingan sepak bola apapun namanya," tambahnya.

Sementara itu, usai melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo Sabtu malam (30/5) menegaskan, sanksi FIFA menjadi momen penting untuk melakukan pembenahan sepak bola nasional.
Presiden mengaku kecewa dengan prestasi sepak bola selama 10 tahun terakhir, di antaranya adalah peringkat Indonesia di FIFA sejak 2012 hanya bertengger di posisi 156 dan malah turun menjadi peringkat 159 di 2015 ini.

"Selama 10 tahun, prestasi kita itu apa? Prestasi PSSI itu apa? Ini saya punya catatan, di 2002, 2006, 2010 tidak lolos kualifikasi Asia. Kemudian di piala Asia AFC, 2004 hanya sampai babak 1. 2007 sampai babak 1. 2011 tidak lolos kualifikasi di tingkat Asia. Kemudian dilihat lagi peringkat di FIFA. Sejak 2012 di angka 156 paling bawah diantara semua negara. 2013, 161 peringkatnya. Di 2014, peringkatnya 159," ujarnya.
Presiden memastikan, dirinya tidak ingin, Indonesia hanya sekedar ikut acara internasional tapi tidak ada prestasi yang membanggakan.

FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi kepada federasi sepakbola Indonesia. FIFA menilai pemerintah Indonesia sudah melakukan pelanggaran dan hukuman baru akan dicabut jika intervensi tidak lagi dilakukan. Intervensi pemerintah, sebagaimana disebutkan FIFA, dianggap merupakan pelanggaran atas Pasal 13 dan 17 dari Statuta FIFA. Selama masa hukuman, PSSI kehilangan hak keanggotaannya dan semua tim Indonesia (nasional maupun klub) dilarang melakukan aktivitas internasional termasuk berpartisipasi di kompetisi FIFA dan AFC.

Meski demikian, sanksi FIFA tidak berdampak kepada timnas Indonesia yang akan berlaga di SEA Games 2015 di Singapura. Sebagai pengecualian, timnas Indonesia bisa berkompetisi di SEA Games sampai selesai.
TIDAK dapat disangkal bahwa sepak bola adalah olahraga terpopuler di dunia. Sepak bola memang dimainkan oleh dua puluh dua orang mengejar, menendang, menyundul sebuah bola bundar di lapangan seluas maksimum 110m X 73m, diawasi oleh tiga orang wasit.  Saat gol terjadi, sliding tackle dilakukan, menyundul bola sambil meloncat ke atas atau meluncurkan badannya di tanah, memberi umpan lambung melewati lawan, menarik kaos lawan, mendorong badan lawan, berpelukan dan berteriak usai mencetak gol. Kesemuanya itu telah memberikan kegembiraan bukan saja bagi pemain sepak bola melainkan juga penonton. 

Hampir seluruh masyarakat di dunia menempatkan permainan sepak bola di sudut hati mereka masing-masing.  Penonton rela mengeluarkan uang untuk melihat tim kesayangannya bermain.  Atau mengenakan kaos dengan nomor, nama dan negara tertentu.  Meskipun mereka harus berjalan kaki, naik sepeda, mobil, kapal atau pesawat terbang, penonton tetap mendatangi stadion sepak bola untuk bisa melihat langsung tim favoritnya bermain selama 2 x 45 menit.  Sementara penggemar sepak bola lainnya bisa melihat di layar kaca televisi, meskipun harus terlambat kerja karena baru bisa ditayangkan saat malam atau bahkan subuh.

Sepak bola telah membuat rivalitas yang sangat kuat antara klub, provinsi bahkan negara.  Di Indonesia saat PSMS Medan vs Persija, Persebaya vs Persija, PSMS vs PSM, Persib vs Persebaya selalu penuh dengan penonton masing-masing pendukung.  Bahkan perkelahian antar masing-masing pendukung seringkali terjadi.
Segala-galanya akan selalu indah bagi tim yang menang, dan sebaliknya kekalahan akan membuat tim dan penonton tertunduk sedih bahkan menangis. Kemenangan di sepak bola memang berarti segala-galanya terutama bagi si pemenang. 

Pada tahun 2010 Presiden SBY menyempatkan diri menonton langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat  tim nasional Indonesia bertanding dalam perebutan Piala AFF.  Bahkan Presiden SBY juga menggelar nonton bareng di Hotel Intercontinental, Jimbaran Bali saat Piala Dunia 2010.

Berbeda dengan beberapa pemimpin dunia tersebut, Menpora Imam Nahrowi membangun citra politiknya melalui pembekuan PSSI.  Kita tahu bahwa sejak kampanye pemilihan wakil rakyat 2014 Imam Nahrowi telah menggunakan bonek Persebaya 1927, yang pernah menyatakan keluar dari PSSI, sebagai salah satu basis pendukung politiknya.  Bahkan baru 3 hari dilantik jadi Menpora, dia memastikan bahwa Persebaya 1927 bisa mengikuti kompetisi ISL.  Akhirnya kita semua tahu bahwa Persebaya 1927 belum bisa ikut kompetisi ISL 2015, yang berujung pada pembekuan PSSI.

Tetapi dengan dikenakannya sanksi oleh FIFA ke PSSI karena pemerintah belum mencabut SK Pembekuan, kerjasama  pembinaan semacam ini akan terhenti.  Sehingga kita akan kehilangan momentum membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik melalui pengalaman berlatih dengan klub-klub terkenal dunia.   Karena entah kapan pemain sepakbola Indonesia diperbolehkan kembali berlatih, melakukan latih tanding, mengikuti pertandingan internasional dan menyaksikan langsung klub atau tim nasional terkenal di dunia bermain kembali di Indonesia.  Masa depan pesepakbola Indonesia U-16 dan U-19 yang diharapkan menjadi pemain sepak bola di tim nasional mendatang juga tidak menentu.

Kembali ke sepak bola, tidak ada cara lain bahwa Menpora harus mencabut SK Pembekuan PSSI.  Apalagi secara yuridis, putusan sela PSSI dikabulkan oleh pengadilan.  Kalaupun pemerintah memiliki konsep strategi pengembangan prestasi sepak bola nasional, ada baiknya untuk dipaparkan dulu ke masyarakat secara terbuka.  Agar pemerintah mendapat masukan dari masyarakat olahraga.   Setelah lebih matang, barulah Pemerintah dan PSSI melakukan "Partnership Agreement" yang bisa diperluas dengan stakeholdes lainnya seperti lembaga pendidikan, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota untuk memperjelas kontribusi,  peran dan komitmen masing-masing institusi tersebut.
Mari kita kembalikan sepak bola menjadi milik semua rakyat Indonesia sebagai peluang mobilitas vertikal ke atas atau meningkatkan taraf hidup mereka.
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar